Minggu, 28 November 2010
Sabtu, 27 November 2010
Kamis, 25 November 2010
PUTAR HALUAN KE KANAN
PUTAR HALUAN KE KANAN
Karya : Esaf Malioy
Ambon, 29 Agustus 2005.
Dua hati jadi satu dalam perahu,
berlayar bersama arungi samudra cita,
menatap cakrawala kian membias di ufuk timur,
sejenak terpesona menatap indahnya negeri ini.
Gunungnya hijau menjulang nan subur,
dihiasi cengkih, pala dan aneka margasatwa,
lautnya luas membiru, ditaburi mutiara dan ikan rupa warna,
Negeri ini laksana permadani menghiasi jagad.
Ketika perahu ini mulai menyusuri bibir senja,
dan putar Haluan ke Kiri,
dari jauh tampak lautan itu bermandikan rona merah,
yang membakar sukma dan menggores duka lara di kalbu.
Anak – anak negeri bercerai – berai,
membawa lari luka di sanubari,
yang satu ke sana yang lain ke sini
yang lain ke atas yang satu lagi ke bawah,
sambil meratap negeri yang tenggelam dalam lautan kelam.
Akankah semua ini berakhir ?
Kapakankah badai ini akan berlalu ?
Ohh….. Masih adakah harapn ?
Ada ! Masih ada Saudaraku !
Mari Kita dayung terus perahu in,
jangan pernah berhenti,
belum terlambat merapat dan berlabuh di pelabuhan cita,
untuk benahi negeri ini.
Singsingkanlah lengan baju,
satukan hati, bulatkan tekad,
lalu Kita putar Haluan ke Kanan
dan kunci cerita duka lama, tutup pahitnya masa lalu,
Kita bangun dan bangkitkan ini negeri,
Negeri Ambon Manis e! Kotaku Ambon Manis e !
Agar wajah negeri kembali tersenyum dan manis
dan anak cucu Kita tak berhenti mengejar cita, menjemput asa,
untuk hari depan yang bahagia.
(Lomba Cipta Puisi HUT Kota Ambon 2005)
KIPAS LENSO
KIPAS LENSO
Karya : Esaf Malioy
Ambon, 27 Agustus 2005
Ketika senja membayang di batas hari
dan malam mulai menjemput,
sinar bulan itu mulai menerangi gelapnya jagad,
tampak kemilau cahay pasir putih,
desir angin mendesah ke puncak pucuk pohon sagu,
deburan ombak menghempas dan memecah di cela batu karang.
hembusan angin Barat membawa Ombak Putih itu,
berlomba mengejar impian dan berkhayal,
hingga berhenti pada satu ujung pantai sepi di sudut pulau ini.
Lalu…. di atas tanah nan subur,
berdiri tegar sebuah Istana Megah diantara dua tanjung kokoh,
dari gumpalan tanah berbatu permata.
dan pada tembok paling tua itu terukir Memori Indah
tentang sebuah Kota Idaman
yang menyimpan sejuta asa di dada para Datuk
dan punya cita dan kerinduan luhur
semoga kota itu tetap manis dan terus maju
Itulah Ambon Kotaku….. Kota Ambon Manis e!
Di Kota ini akan kugantungkan segala asa dan cita,
menjemput cinta, menggapai hari depan yang gemilang.
Ambonku telah merubah wajah dunia
menjadi dunia yang apakah ada bedanya ?
Tidak ! Sekali lagi Tidak !
Dunia Kita Cuma satu !
Satu hati, satu jantung, satu darah dan satu Gandong !
Sekian lama Kita berdiri di tepian penantian ini,
penantian yang semakin merasuk sukma,
terpuruk bersama waktu yang terus berlalu,
Wahai Anak Negeri Ambon Manis e, Bangkitlah !
sudah saatnya Kita Bangkit ! Kini waktunya Kita Bangkit !
Kipas Lenso ! Kipas Lenso ! Kipas Lenso !
Senandungkanlah nyanyian Pela dan Gandong,
tarikanlah tarian kebersamaan.
dengan semangat Bersatu Manggurebe Maju,
Kita bangun ini Kota Ambon
dari keterpurukan yang menghimpit sukma,
Kita buat hidup ini jadi lebih berarti,
agar dalam tatapan mata sayu nan berseri,
Kita tetap tersenyum menatap Kota Ambon Manis e
yang dulu hilang sesaat dalam kekelaman kembali bangkit.
Dan kini Ambonku yang manis telah Bangkit !
Bangkitlah Ambonku ! Bangkitlah Ambonku ! Ambonku Bangkit !
( Ilustrasi tentang sebuah Kota yang terbentuk, terpuruk dan bangkit kembali )
Lomba Cipta Puisi HUT Kota Ambon 2005
Rabu, 24 November 2010
Langganan:
Postingan (Atom)